Pasca Sarjana IAIN Gelar Seminar Integerasi Ilmu

Pasca Sarjana IAIN Gelar Seminar Integerasi Ilmu



RAKYATCIREBON.CO.ID - Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon menggelar Studium General yang bertema Integrasi Ilmu dan Multikulturalisme di gedung kampus tersebut, Jumat (5/7).

Panitia kegiatan, Abdul Muaz MUd menjelaskan, kegiatan yang dihadiri ratusan peserta tersebut membahas tentang kekayaan intelektual yang belum tersusun rapih. Akibat keterbatasan sumber daya manusia, tidak semua ilmu tersebut dapat terserap dengan maksimal.

“Sebenarnya masih banyak ilmu yang masih belum dapat kita serap. Jika bicara tentang ilmu tidak hanya berfikir tentang logika, tapi juga tentang perasaan atau keimanan kita. Sehingga jika hal itu dapat disadari, rasa toleransi akan semakin tinggi dan tidak mudah untuk saling menyalahkan,” ungkapnya, kemarin.

Ketika disinggung terkait multikulturalisme dengan situasi bangsa Indonesia saat ini, Muaz mengatakan kegiatan ini tidak ingin terjebak dengan situsi politik yang sedang terjadi. Untuk itu, kegiatan yang menghadirkan Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA ini hanya menitikberatkan terhadap kekayaan intelektual, sesuai tema yang diusungnya.

“Tadi memang narasumber membatasi agar tidak terjebak dengan situasi politik yang sedang terjadi. Memang sedikit disinggung, tapi tidak banyak. Hanya menitikberatkan terhadap keilmuan saja sehingga tercipta rasa toleransi yang tinggi dan tidak mudah untuk saling menyalahkan,” tandas Muaz.

Sementara itu, direktur Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon, Prof Dr H Dedi Djubaedi mengatakan stadium general ini dilaksanakan untuk memberikan wawasan  kepada mahasiswa tentang kehidupan sosial keagamaan yang universal. Menurut Dedi, kondisi masyarakat Indonesia sangat beragam dan harus dihargai.

Dedi menambahkan, nilai- nilai multikulturalisme dalam Islam dikaji lebih dalam. Dedi juga berharap mahasiswa tidak melupakan bahwa mereka diajarkan menghargai semua pihak, meskipun mahasiswa berasal dari jurusan yang berbeda.

“Islam itu hadir untuk seluruh alam, jadi jangan menjadikan sekat- sekat atau ekslusifisme, harus menghargai perbedaan semua orang,” ujar dia.

Menurut Dedi, bangsa Indonesia sudah dari dulu multikulturalisme. Namun menurutnya banyak dari masyarakat yang belum memahaminya secara utuh.

Sementata itu, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, Prof KH Nasaruddin Umar menegaskan, perbedaan di Indonesia jangan diartikan sebagai malapetaka, namun sebagai rahmat.

Nasaruddin memberi contoh, sebuah lukisan kalau hanya berwarna putih maka tidak akan indah. Sebaliknya, jika lukisan itu memiliki banyak warna, maka terlihat menarik.

“Begitu juga Indonesia, beragam agama dan suku membaur menjadi satu kesatuan,” tegasnya. (wan)

Sumber: